Archive for Ilmu Pengetahuan Sosia

MANUSIA DAN IPTEK

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar belakang
Syukur Alhamdulillah kami mahasiswa kelas C kelompok 10 jurusan pendidikan IPS fakultas Tarbiyah dapat menyelesaikan tugas mata kuliah teoti sosial budaya   dengan judul “manusia dan ipteks” yang dibimbing oleh Ibu  NI’MATUZ ZUHROH, M.SI
Mata kuliah ini disusun dengan harapan dapat memberikan pengetahuan dasar dan pengertian umum tentang konsep – konsep yang dikembangkan untuk mengkaji masalah – masalah manusia danipteks. Dengan demikian jelas mata kuliah ini tidak dimaksudkan untuk mendidik ahli – ahli dalam satu bidang keahlian (disiplin) yang termasuk dalam pengetahuan budaya akan tetapi teori sosial busaya  semata-mata sebagai salah satu usaha mengembangkan kpribasian manusia dengan cara memperluas wawasan pemikiran serta kemampuan kritikalnya terhadap nilai-nilai budaya baik yang menyangkut orang ain dan alam sekitarnya maupun yang mencangkup dirinya sendiri. Bagaimanapun juga mahasiswa adalah orang-orang muda yang sedang mempelajari cara memberi tanggapan dan penilaian terhadap apa saja yang terhadap dirinya sendiri dan masyarakat sekitarnya.sudah barang tentu perlu  dibimbing untuk menemukan cara terbaik yang sesuai dengan dirinya sendiri tanpa harusa mengorbankan masyarakat dan alam sekitarnya. Secara tidaka langsung teori sosial busaya  akan membantu mereka untuk mencapai tujuannya.

B.    Tujuan pembahasan
1.    Mahasiswa mampu memberikan berbgai contoh nampak negatif akibat kemajuan di bidang ipteks.
2.    Mahasiswa mampu  mengemukakan gagasan atau pemikiran guna mengatasi dampak negatif yang di timbulkan ipteks.
C.    Rumusan masalah
1.    Pengertian manusia
2.    pengertian sains, teknologi dan seni
3.    pengertian sains, teknologi dan seni dalam islam
4.    Bagaimana dampak penyalahgunaan Iptek bagi manusia.
5.    Problematika Pemanfaatan Ipteks Di Indonesia

BAB II
KONSEPSI TEORI
A.    Penegrtian Manusia
Manusia atau orang dapat diartikan berbeda-beda menurut biologis, rohani, dan istilah kebudayaan, atau secara campuran.Secara biologis, manusia diklasifikasikan sebagai homo sapiens (bahasa latin untuk manusia), sebuah spesies primata dari golongan mamalia yang dilenkapi otak berkemampuan tinggi. Dalam hal kerohanian, mereka dijelaskan menggunakan konsep jiwa yang bervariasi di mana, dalam agama, dimengerti dalam hubungannya dengan kekuatan ketuhanan atau makhluk hidup; dalam mitos, mereka juga seringkali dibandingkan dengan ras lain. Dalam antropologi kebudayaan, mereka dijelaskan berdasarkan penggunaan bahasanya, organisasi mereka dalam masyarakat majemuk serta perkembangan teknologi, dan terutama berdasarkan kemampuannya untuk membentuk kelompok dan lembaga untuk dukungan satu sama lain serta pertolongan.
Penggolongan manusia yang paling utama adalah berdasarkan jenis kelaminnya.Secara alamiah, jenis kelamin seorang anak yang bau lahir entah laki-laki atau perempuan. Anak muda laki-laki dikenal sebagai putra dan laki-laki dewasa sebagai pria. Anak muda perempuan dikenal sebagai putri dan perempuan dewasa sebagai wanita.
Penggolongan lainnya adalah berdasarkan usia, mulai dari janin, bayi, balita, anak-anak, remaja,akil baligh, pemuda/i , dewasa dan orang tua. Selain itu masih banyak penggolongan-penggolongan yang lainnya, berdasarkan cirri-ciri fisik (warna kulit,rambut, dan lain-lain), afiliasi sosio-politik-agama (penganut agama/ kepercayaan XYZ, warga Negara XYZ, anggota partai XYZ), hubungan kekerabatan (keluarga: keluarga dekat, keluarga jauh, keluarga tiri, keluarga angkat, keluarga asuh; teman; musuh) dan lain sebagainya.
B.    Pengertian Sains, Teknologi dan Seni
1.    Sains
Sains berasal dari kata yang berarti knowledge(ilmu) akan tetapi tidak semua ilmu dapat dikatakan sebagai sains. Ilmu sains yaitu ilmu yang dapat diuji(hasil pengamatan sesungguhnya) kebenaranya, dan dapat dikembangkan secara sistematis berdasarkan kebenaran melalui eksperimen secara teori. Menurut KKBI, pengertian sains adalah ilmu yang teratur (sistematik) dan dapat diuji atau dibuktikan kebenarannya, berdasarkan kebenaran atau kenyataan semata (misalnya : fisika, biologi, kimia).
Sains merupakan cabang ilmu yang mengkaji sekumpulan pernyataan atau fakta-fakta dengan cara yang sistematik dan serasi dengan hukum-hukum yang dilandasi peradapan proses mencari suatu kebenaran itu melalui pengetahuan dengan memahami hakikat makhluk, untuk menerangkan hukum-hukum alam. Sains memb  penekanan  sebagai hasil pemikiran manusia dalam menguasai ilmu pengetahuan yang terdapat dalam alam semesta. Proses ini dinamakan pendekatan sientifik dan menjadi landasan terpenting dalam perkembangan dan kemajuaan manusia dan teknologi.
2.    Teknologi
Pada umumnya orang selalu memahami bahwa teknologi  itu bersifat fisik, yakni yang dapat dilihat dengan indra. Teknologi dalam arti ini dapat diketahui  melalui barang-barang, benda-benda atau alat-alat yang dibuat oleh manusia untuk memudahkan realisasi hidupnya didunia. Hal yang memperlihatkan tentang wujud dari karya cipta dan karya seni manusia yang bisa dikatakan sebagai homo technicus/faber.
Istilah teknologi berasal dari kata techne dan logia dari bahasa yunani. Techne berarti seni kerajinan, kemudian lahirlah istilah technicus artinya sesesorang yang memiliki ketrampilan tertentu. Dari sinilah muncul istilah teknologi yang berarti mempelajari seni kerajinan manusia. Tetapi pemahaman seperti itu baru memperlihatkan satu segi saja dari kandungan kata teknologi. Teknologi sebenarnya lebih dari penciptaan barang-barang, alat-alat dari manusia slaku homo tekhnicus/faber,teknologi bahkan dan keunggulan manusia.
Ada tiga macam teknologi yang sering dikemukakan oleh para ahli, yaitu :
a.    Teknologi modern
–    Padat modal
–    Mekanis elektris setempat
–    Menggunakan bahan import
–    Berdasarkan penelitia mutakhir, dll.
b.    Teknologi madya
–    Padat karya
–    Dapatdikerjakan oleh ketrampilan setempat
–    Menggunakan alat setempat
–    Berdasarkan alat penelitian
c.    Teknologi tradisional
–    Bersifat padat karya
–    Menggunakan ketrampilan setempat
–    Menggunakan alat setempat
–    Menngnakan bahan setempat
–    Bersdasarkan kebiasaan atau pengamatan
Secara lebih umum dapat dikatakan bahwa teknologi merupakan suatu sistem penggunaan berbagai sarana yang tersedia untuk mencapai tujuan-tujuan praktis ditentukan.
3.    Seni
Menurut Janet Woll mengatakan bahwa seni adalah produ sosial. Sedangkan menurut KKBI, seni adalah keahlian membuat karya bermutu (dilihat dari segi kehalusan) seperti tari, lukis, ukir, dll

C.    Hubungan antara sains dan teknologi
1.     Perkembangan teknologi
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) dapat mendatangkan kemakmuran materi. Adanya perkembangan IPTEK menimpulkan cabang ilmu pengetahuan baru. Dimulainya suatu era sering kali ditandai dengan mulia digunakannya suatu bahan baru pada suatu peradaban, misalnya zaman batu, era perunggu dan era besi. Teknologi bahan bisa dikatakan merupakan salah satu teknologi yang paling tua dala peradaban, dan merupakan pendahulu dari  cabang teknologi lainnya. Dibawah ini adalah macam bidang utama teknologi :
– Ilmu terapa kecerdasan buatan
– olahraga dan rekreasi
– informasi dan komunikasi
– industry kontruksi
– militer atau bom
– teknik
– Kesehatan dan keselamatan
– transportasi luar angkasa
Pengetahuan dan teknologi memungkinkan terjadinya perkembangan ketrampilan dan kecerdaan manusia. Hal ini karena dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi memungkinkan :
A.  Tersedianya sarana dan prasarana penunjang kegiatan ilmiah
B.   meningkatkan kemakmuran materi dan kesehatan masyarakat
2.    IPTEK dan nilai
Dalam menghadapi IPTEK masyarakat Indonesia harus memiliki kemampuan beradaptasi dan memanfaatkannya. Dalam menghadapi era teknologi modern dan industrialisasi maka dituntut adannya keahlian untuk menggunakan, mengelola, dan senantiasamenyesuaikan dengan teknologi-teknologi dan ilmu pengetahuan yang baru. Selain itu, sikap mental dan nilai hidup yang harus mengarah terhadap niiilai tersebut.

D.    Sains dan Teknologi Dalam Islam
Salah satu sumbangan terbesar Islam bagi dunia modern sekarang, adalah mewariskan sejumlah teori pengetahuan tentang alam semesta dan cara-cara menerapkan pengetahuan tentangnya. Dalam banyak hal, hubungan antara ilmu pengetahuan (sains) dengan cara-cara menerapkannya (teknologi) telah banyak dicontohkan dan diujicobakan oleh sejumlah sarjana muslim pada sekitar abad ke-9 – 13 M.. Mereka bukan hanya ditopang oleh pengetahuan dan pengalamannya, tapi juga anugrah yang melimpah dengan mendapat fasilitas dari pemerintahan, terutama pada masa-masa kejayaan Abbasiyah di Baghdad. Sebelum melahirkan teknologi, pengembangan sains lebih dahulu mereka dapatkan, bukan hanya dari hasil-hasil temuan mereka sendiri, tapi juga mereka dapatkan dari sejumlah sumber yang berasal bukan hanya dari dalam doktrin Islam saja.
Kebanyakan pengetahuan tentang hukum-hukum alam, ilmu ukur dan matematika, fisika dan geometrika sampai ilmu gaya dan berat mengenai bermacam-macam benda, mereka peroleh dari warisan Yunani,, Persia, India dan Mesir. Pengetahuan sains ini mereka kuasai terlebih dahulu sebelum mengembangkan teknologi. Karena ilmu-ilmu tersebut adalah sebagai dasar-dasar bagi pengembangan teknologi berikutnya. Perbedaan yang mendasar antara sains dan teknologi adalah, sains lebih banyak berbicara tentang teori dan pengetahuan mengenai macam-macam objek baik yang bersifat mendasar maupun universal, objektif dan sistematik. Sedangkan teknologi lebih bersifat praktis, yakni ilmu tentang cara-cara menerapkan pengetahuan sains untuk memanfaatkan alam semesta bagi kesajahteraan dan kemudahan serta kenyamanan umat manusia. Keduanya sama-sama bersifat netral bagi kehidupan umat manusia, baik dalam hubungannya sekedar pengetahuan, maupun sebagai alat bagi kemudahan mereka hidup.
Beberapa contoh sains dan teknologi Islam, yang berkait dengan warisan Hellenisme Yunani adalah filsafat, astronomi, fisika, geometrika, kimia, pertambangan dan metalurgi, matematika, kedokteran, pertanian, dan sebagainya. Dalam bidang matematika kontribusi Islam telah mengenalkan system bilangan India, dengan mengenalkan bilangan baru nol (0) dengan sebuah titik (.). Hal ini telah mempermudah bagi proses penghitungan berikutnya, sekalipun dengan jumlah klipatan yang sangat panjang. Penulisan bilangan pertama adalah Muhammad bin Musa al-Khawarizm (w.875 M), selanjutnya Abul Hasan al-Uqlidisy (w.953), Umar Khayyam (w.1131). Sedangkan dalam bidang astronomi pengaruh Babilonia dan India sangat terasa, apalagi sejak diterjemahkanya risalah India, Siddhanta ilmu perbintangan para raja sejak tahun 711 M di Baghdad. Abu Ma’syar al-Falaky al-Balkhy merupakan di antara tokoh yang paling terkenal dalam membuat ramalan-ramalan perbintangan, karyanya, Kitab al-Uluf.
Bidang fisika yang paling menonjol adalah mengenai teori optik yang dikembangkan oleh Ibn al-Haitsam dalam karyanya “Kitab al-Manadzir”, al-Khaziny (w. 1040 M) juga mengurai tentang gaya gravitasi spesifik dalam karyanya “Kitab Mizan al-Hikmah”. Pengobatan dalam Islam mereka dapatkan banyak dari Persia atau Mesopotamia, India dan lainnya. Muhammad Ibn Zakariya al-Razy (w. 925 M) seorang dokter dan penulis kitab pengobatan yang cukup terkenal, juga Ibn Sina dengan Qonun fi al-Thib-nya. Keduanya sama-sama telah membuktikan penguasaannya dalam hal teknologi farmasi dan kedokteran. Dan hampir menjadi sebuah kebiasaan bahwa para ahli ini biasa merangkap dalam profesinya, selain sebagai filosof, astronom juga ahli dalam farmasi dan kedokteran.
Salah satu contoh pengembangan teknologi lainnya dalam Islam adalah ditemukannya penerapan teori-teori fisika dalam menentukan arah waktu dengan membuat jam melalui mekanisme gerak (escapement) air raksa, yang dibuat oleh al-Muradi pada abad ke 11 M. Termasuk Ridwan dan al-Jazary juga membuat jam dari gerakan air yang disambungkan dalam gir-gir bersegmen dan episiklus. Kincir air untuk mengambil air dari saluran yang lebih rendah untuk dinaikkan ke lokasi yang lebih atas, juga telah biasa digunakan di Murcia Spanyol, dan contohnya masih berfungsi sampai abad ke 13 M.
Demikian perkembangan sains, seni dan teknologi dalam Islam yang terangkum dalam wujud kebudayaan masyarakat Islam pada zamannya.

E.    Sains dan seni dalam Islam
Sains dan seni dalam Islam merupakan kesatupaduan (unitas) antara nilai kewahyuan dan kreatifitas kemanusiaan dalam mengembangkan potensi alam semesta. Proses pengembangan dan wujud dari puncak kemampuan semua ini selalu disebut sebagai peradaban. Kesemua fenomena di kalangan masyarakat Islam dalam mewujudkan hal ini, adalah sebagai sesuatu yang khas yang menunjukkan bahwa Islam sendiri adalah sebagai bagian dari sistem peradaban dunia. Karena dalam banyak hal, Islam memiliki sejumlah doktrin yang selalu mengarahkan pada semua penganutnya untuk mewujudkan kemampuan masing-masing semaksimal mungkin dalam aspek-aspek kebudayaan. Seperti semua seni Islam murni, apakah itu bentuk-bentuk arsitektur masjid, sya’ir-sya’ir alegoris sufi, dan sebagainya sampai pada bentuk-bentuk dan model alat pengembangan sains, astrobel, dan sebagainya kesemuanya bermuara sebagai bentuk-bentuk pengabdian pada nilai-nilai ilahiyah. Dengan demikian semua bentuk-bentuk sains dan seni dalam Islam secara keseluruhannya juga memanifestasikan pada pemanfaatan fasilitas alam semesta, yang secara tidak langsung juga memang berasal dari Allah SWT. Sehingga hampir tidak ada ruang untuk menjelaskan bahwa, berbagai bentuk sains dan seni dalam Islam bersifat secular atau terpisah dari pertanggungjawaban (para kreatornya) terhadap Allah Yang Maha Pencipta dan Maha Ahli dalam semua hal “wa fauqo kulli dzi ‘ilmin ‘aliim”(QS Yusuf).
Dalam tulisannya “ Art and Cultur in the Islamic World” Oleg Grabor menjelaskan, bahwa sains, seni dan budaya Islam jelas-jelas memiliki corak dan karakteristik yang berbeda dengan seni dan budaya masyarakat dunia lainnya yang lainnya, berikut sejumlah kekhasan dan keunikannya. Seperti halnya juga Kristen, Budha, Eropa, China dan sebagainya. Hal ini bisa dimengerti, karena semua bentuk-bentuk karya seni dan budaya bahkan sains dan teknologinya tidak semata-mata lahir dari dunia yang kosong atau hampa, tapi ia merupakan wujud dari hasil dialog antara idealitas dan system keyakinan si pencipta (kreator)nya dengan realitas dan tuntutan sejarah yang mengililinginya.
Sekalipun demikian bukan berarti sains dan teknologi serta seni dan budaya Islam sama sekali tanpa mengadopsi dari luar doktrin mereka, bahkan mungkin sebagian dalam hal-hal yang bersifat teknis hampir sepenuhnya juga berangkat dari luar doktrin. Karena doktrin-doktrin dalam Islam pada umumnya lebih bersifat dan bernuansa pada sesuatu yang lebih universal, dorongan kemajuan, tidak berbicara pada hal-hal yang bersifat teknis. Oleh karena itu para sarjana muslim sebagai kreatornya, telah mengambil dan mengadopsi unsur-unsur luar dengan begitu antusias, kemudian menyesuaikannya dengan konsep-konsep ajaran Islam itu sendiri.

F.    Seni Dalam Islam
Berbagai gambaran al-Qur’an yang menceritakan begitu banyak keindahan, seperti surga, istana dan bangunan-bangunan keagamaan kuno lainya telah memberi inspirasi bagi para kreator untuk mewujudkannya dalam dunia kekinian saat itu. Istana Nabi Sulaiman as, mengilhami lahirnya berbagai tempat para khalifah atau pemerintahan muslim membentuk pusat kewibawaan, istana dengan berbagai “wujud fasilitas ruang” di atas kebiasaan rakyat biasa. Bahkan hadits Nabi SAW yang menyebutkan “Allah al-Jamiil yuhib al-jamal,” telah mengilhami banyak hal bagi para seniman muslim yang taat untuk mewujudkan sesuatu yang bisa dicintai Tuhannya. Asma-asma Allah SWT, seperti al-Jamiil secara theologies sangat membenarkan para kreator seni untuk memanifestasikannya dalam banyak hal.
Namun pada sisi yang lain, berbagai larangan Nabi SAW dan para ulama mereka untuk melukis dan menggambar mahluk hidup yang bernyawa/bersyahwat dalam mewujudkan corak keindangan ruangan —meskipun hal ini tidak ditemukan teks-nya secara langsung dalam al-Qur’an—, kegiatan mereka dalam mewujudkan gagasan keindahan, tak pernah kehilangan arah. Kreasi dan potensi seni mereka, kemudian dialihkannya pada berbagai bentuk kaligrafi Islam, dengan pola dan karaktersitik yang indah dan rumit. Mereka membentuk corak ragam hias ruangan, benda-benda antik seperti gelas atau guci, karpet, dan sebagainya dengan berbagai ornamen bunga-bungaan atau tumbuh-timbuhan yang dianggap bukan sejenis hewan atau manusia. Khusus untuk ruangan-ruangan tertentu atau tempat-tempat yang dianggap layak, biasanya selalu diselipi atau bahkan dimunculkan ayat-ayat al-Qur’an, hadits atau kata-kata hikmah, dengan pola seni tulis (kaligrafi), diwany, kuufy, riq’y, naskhy, tsulusty, atau yang lainnya yang sangat indah. Semua ini merupakan bentuk-bentuk kesatupaduan antara nilai-nilai seni dan spiritual termasuk selipan nilai-nilai dakwah islamiyah secara umum. Berbagai desain interior muslim dimanapun, baik bangunan ibadah, istana maupun umum selalu menunjukkan muatan yang tak pernah kosong bagi para penghuninya, khususnya dalam menghubungkan antara dirinya dengan pemilik seluruh ruangan dan alam semesta, Allah Rabb al-‘alamin.
Termasuk arsitektur tempat-tempat ibadah seperti masjid, mushola, dan tempat-tempat yang disucikan seperti makam-makam juga tidak lepas dari upaya sasaran kreasi seni mereka. Arsitektur Islam yang umumnya terpusat pada berbagai bangunan masjid di dunia Islam, selalu menunjukkan nilai-nilai semangat, dan spirit anak-anak zaman yang antusias pada kecintaan keindahan. Bahkan Imam Syafi’i sebagai ulama besar abad ke-8 M yang sangat berpengaruh di dunia Islam Sunni, selalu mensejajarkan antara semangat keagamaan masyarakat dengan bentuk-bentuk bengunan masjidnya. Karena masjid merupakan jantung masyarakat yang ada di sekitarnya, jika yang menggunakannya sehat maka jantungnyapun akan sehat, begitupun sebaliknya.
Dalam rangka memperindah bangunan masjid, desain interior dengan pola-pola yang telah dijelaskan banyak ditemukan dihampir setiap masjid-masjid besar di dunia Islam, dari mulai di Cordova, Maroko, Mesir, Damaskus, Madinah, Makkah, Baghdad, Kuffah, sampai di India dan masjid-masjid di Nusantara Indonesia. Berbagai bentuk ruangan masjid yang berkembang pada umumnya mengikuti trends kebutuhan setempat, namun bangunan utama selalu menunjukkan pola yang sama yakni bujur sangkar, yang dilengkapi dengan ceruk yang menonjol ke luar bagian depannya bagi tempat imam. Kesamaan lainnya adalah adanya Mihrab sekalipun yang secara histories baru popular muncul pada masa Dinasti Amawiyah Damaskus, sebagai tempat yang aman dan terhormat bagi para khotib memberi fatwa dan nasehat-nasehat spiritual ketakwaan para jama’ah. Termasuk pula kolam-kolam atau tempat-tempat wudlu sebagai sarana thaharah sebelum mereka beribadah, semuanya tersedia ada di setiap masjid-masjid agung di dunia Islam.
Sebenarnya pusat masjid dunia Islam selalu terfokus pada tiga pusat bangunan suci Islam (the three-pan Islamic sanctuaries); Masjid al-Haram Makkah, Masjid al-Munawwaroh Madinah dan Masjid al-Aqsa Palestina. Ketiganya bukan hanya memiliki nilai histories dalam doktrin dan kewahyuan Islam, tapi juga karakteristik dan nilai estetikanya yang cukup tinggi, yang hampir tidak ditemukan kekurangannya dalam nilai dan fungsi sebuah bangunan suci.

G.    Hakikat, Makna Sains, Teknologi , dan Seni  Bagi Manusia
Selama perjalanan sejarah, umat manusia telah berhasil menciptakan berbagai ragam kebudayaan. Namun apbila kita ringkas, berbagi macam atau ragam kebudayaan tersebut sebenarnya hanya meliputi tujuh  buah atau tujuh unsur kebudayaan saja. Ketujuh unsur kebudayaan tersebut merupakan unsur-unsur pokok yang selalu ada pada setiap kebudayaan masyarakat yang ada di belahan dunia ini. Menurut Kluckhon sebagai mana dikutip Koentjatraningrat (1996), bahwa ketujuh unsur pokok kebudayaan tersebut meliputioeralatan hidup (teknologi), system mata pecaharian hidup (ekonomi), system kenasyarakatan (organisasi sosial), sistem bahasa, kesenian (seni), sistem penngetahuan (ilmu pengetahuan sains), serta sistem keprcayaan (religi).
Ketujuh unsur budaya tersebut merupakan unsur-unsur budaya pokok yang pasti ada atau kita ketemukan apabila kita meneliti  atau mempelajari setiap kehidupan masyarakat mana pun di dunia ini. Karena ada pada setiap kehidupan masyarakat di dunia, maka ketujuh unsur pokok dari kebudayaan yang ada di dunia itu sering kali dikatakan sebagai unsur-unsur budaya yang bersifat universal, atau unsur-unsur kebudayaan universal.
Ilmu pengetahuan (sains), peralatan hidup (teknologi), serta kesenian (seni), atau yang sering kali disingkat Ipteks, termasuk bagian dari unsur-unsur pokok dari kebudayaan universal tersebut. Maka dapat di pastikan Ipteks akan kita jumpai pada setiap kehidupan masyarakat manusia di mana pun berada, baik yang telah maju, sedang berkembang, sampai pada masyarakat yang masih sangat rendah tingkat peradabannya. Bahkan, pada kehidupan masyarakat purba atau pada zaman prasejarah sekalipun, ketujuh unsur-unsur universal tersebut telah ada, termasuk Ipteks, meskipun tentungnya pada tingkat yang sangat sedederhana atau primitif sekali.
Salah satu bukti bahwa pada zaman purba telah muncul ke tujuh unsur-unsur budaya universal adalah pada zaman itu manusia telah mengenal adanya peralatan hidup atau teknologi berupa alat-alat sederhana yangf terbuat dari batu atau tulang yang di gunakan untuk untuk mencari makanan (berburu, meramu makanan, atau bercocok tanam secara sederhana atau berladang). Kemudian, pada saat itu manusia purba juga telah mengenal adanya system kepercayaan yang sekaligus menunjukkan danya nilai seni serta sistem mata pencaharian hidup manusia purba, yakni sebagai mana terpotret pada gambar-gambar mistis berupa lukisan telapak tangan serta lukisan babi rusa yang terkena panah pada bagian perutnya, yang di temukan di gua-gua tempat tinggal mereka. Pada zaman purba, ternyata juga telah di kenal danya sistem pengetahuan dalam pelayanan yang menggunakan sandaran pengetahuan pada perbintangan.

Demikian pada masa-masa sesudahnya, pelan tetapi pasti Ipteks terus berkembang semakin maju sejalan dengan kemajuan penalaran yang telah dicapai oleh umat manusia. Bahkan, kini Ipteks yang pada awal perkembangannya berasal dari embrio filsafat, sekarang pertumbuhannya telah bercabang-cabang menjadi puluhan, bahkan ratusan disiplin ilmu ataupun teknologi yang masing-masing karakteristik serta dasar keilmiahannya sendiri-sendiri.
Salah satu fungsi utama ilmu pengetahuan dan teknologi adalah untuk sarana bagi kehidupan manusia, yakni untuk membantu manusia agar aktivitas kehidupannya menjadi lebihmudah, lancer, efisien dan efektif, sehingga kehidupan menjadi lebih bermakna dan produktif. Oleh karena itu, khususnya dalam ilmu antropologi, istilah atau pengertian ilmu pengetahuan dan teknologi tersebut sering dipakai untuk merujuk pada keterkaitan antara manusia, lingkungan, dan kebudayaan. Hal ini di karenakan dalam berinteraksi menghadapi lingkungannya,  manusia mau tidak mau pasti akan berusaha menggunakan sarana-sarana berupa pengetahuan yang dimiliki serta menciptakan peralatan hidup untuk membantu kehidupannya. Dengan demikian, Iptek bagi manusia selalu berkaitan dengan usaha manusia untuk menciptakan taraf kehidupannya yang lebih baik.
Dalam definisi lain (terutama berdasarkan kejadian filsafat ilmu), istilah Iptek (ilmu, pengetahu8an, dan teknologi) juga sering dibedakan secara terpisah atau sendiri-sendiri, karena masing-masing dari ketiga istilah itu dianggap memiliki bobot keilmiahan yang berbeda-beda. Menurut pengertian ini, pengetahuan merupakan pengalaman yang bermakna dalam diri tiap orang yang tumbuh sejak ia dilahirkan. Oleh karena itu, maniusia yang normal, sekolah atau tidak sekolah, sudah pasti dianggap memiliki pengetahuan. Pengetahuan dapat dikembangkan manusia karena dua hal. Pertama, manusia mempunyai bahasa yang dapat mengomunikasikan informasi dan jalan pikiran yang melatarbelakangi informasi tersebut. Kedua, manusia mempunyai kemampuan berfikir menurut suatu alur piker tertentu yang merupakan kemampuan menalar. Penalaran merupakan suatu proses berfikir dalam suatu kesimpulan yang berupa pengetahuan.
Namun begitu, yang namanya pengetahuan sifatnya acak, dan bagi kita (manusia), pengetahuan tersebut sangat potensial. Hanya saja, dalam kehidupan yang makin berkembang, kompleks, serta penuh tantangan ini, pengetahuan yang sifatnya acak tersebut nilai fungsionalnya tidak sampai mencapai tingkatan yang optimum guna menghadapi tantangan serta memecahkan masalah yang makin rumit ini. Oleh karena itu, pengetahuan yang sifatnya acak tadi perlu di tingkatkan derajat atau bobot keilmiahannya sehingga berubah menjadi ilmu. Dengan demikian pengetahuan yang bersifat acak serta terbuka itu dengan melalui proses yang cukup panjang, dapat diorganisasikan dan disusun menjadi bidang-bidang seperti filsafat, humaniora, serta ilmu.
Selanjutnya dalam kaitannya dengan ilmui. Ilmu itu sendiri secara gratis besar dapat di kelompokkan menjadi dua buah golongan besar, yakni ilmu eksak dan nonesak, atau ilmu pengetahuan alm (IPA) serta ilmu pengetahua sosial (IPS). Jika dilihat dari cirri-cirinya serta dibandingkan dengan pengetahuan yang acak dan terbuka lainnya, terletak pada adanya unsur sistematika, objek kajian, ruang lingkup kajian, serta metode yang di terapkan serta dikembangkannya. Jadi ilmu sesungguhnya merupakan pengetahuan yang sudah mencapai taraf tertentu yang telah memenuhi sistematika, memiliki objek kajian, dan metode pembahasan akan kajian tersebut.
Ilmu dapat diartikan sebagai pengetahuan yang tersusun secara sistematis dengan mengguanakan kekuatan pemikiran, diman pengetahuan tersebut selalu dapat di control oleh setiap orang yang ingin mengetahuinya. Berpijak dari pengetahuan ini, maka ilmu memiliki kandungan unsur-unsur pokok sebagai berikut,
1.    Berisi pengetahuan (knowledge).
2.    Tersusun secara sistematis.
3.    Menggunakan penalaran.
4.    Dapat di control secar kritis oleh orang lain.
Ilmu pengetahuan bersifat fungsional dalam kehidupan manusia sehari-hari. Dengan pengetahuan, maka pemanfaatan benda, alat, senjata, dan hewan, menjadi lebih mudah serta terarah guna mencapai hasil atau apa yang  di inginkannya. Apalagi setelah pengetahuan itu tersusun menjadi rangka memanfaatkan sebuah benda, alat, senjata, atau hewan tadi akan menjadi lebih baik.
Sementara itu, lebih kusus lagi jika pengetahuan dan ilmu pengetahuan tadi diterapkan dalam kehidupan sehari-hari dalam rangaka untuk menghasilkan sesuatu, maka akan menghasilkan kemampuan apa yang emudian disebut teknologi. Oleh karena itu, sebagai mana di katakana Brown dan Brown (1980), bahwa teknologi pada hakikatnya merupakan penerapan pengetahuan oleh manusia guna mengejar sesuatu tugas yang dikehendakinya. Dengan kata lain, teknologi pada hakikatnya merupakan penerapan praktis pengetahuan untuk mengerjakan sesuatu yang kita inginkan. Pengertian senada juga pernah ditegaskan oleh Marwah Daud Ibrahim, yang mengatakan bahwa ilmu pengetahuan pada hakikatnya adalah suatu jawaban sistematis atas kata atau pertanyaan “mengapa” (know why), sedangkan teknologi dalah jawaban praktis dari pertanyaan “bagaimana” (know why). Selanjutnya, dengan teknologiitu orang lalu dapat memanfaatkan gejala alam, bahkan bisa mengubahnya.
Sebenarnya masih banyak lagi definisi-definisi lain yang dibuat oleh para ahli tentang sains (ilmu), teknologi, serta seni yang di buat oleh para ahli. Berbagai definisi itu telah diberikan oleh para filsuf, ilmuwan serata budayawan, yang mana masing-masing seolah membuat definisi sesuaidengan apa yang mereka senangi serta kehendak. Misalnya saja yang paling sederhana mengatakan bahwa sains atau ilmu pengetahuan adalah pengetahuan yang sistematis (science is systematic knowledge). Sedangkan pengertian yang lebih luas dikatakan bahwa yang disebut sains adalah himpumnan pengetahuan manusia yang dikumpulkan melalui suatu proses pengkajian dan dapat diterima secara rasio. Jadi, dalam pengertian yang lebih luas ini sains dikatakannya sebagai suatu himpunan rasionalitas kolektif insaini. Secara etimologis, kata sains berasal dari bahasa latin, yaitu scire, yang berarti mengetahui atau belajar. Sedangkan sebagaimana sudah kita pahami bersama bahwa kata sains sendiri dalam pengertian atau terjemahan bahasa Indonesia berarti ilmu pengetahuan.
Sebagaimana juga pernah disinggung sebelumnya, jika dilihat dari segi filsafat ilmu antara lain pengetahuan dan sains atau ilmu pengetahuan adalh berbeda (memiliki mekna berbeda). Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahuai oleh manusia melalui tangkapan pancaindra, intuisi, serta firasat; sedangkan ilmu adalah pengetahuan yang sudah diklasifikasikan, diorganisasi, disistemsasi, serta di interpretsikan sehingga menghasilkan kebenaran yang objektif, sudah teruji kebenarannya, serta dapat diuji ulang secara ilmiah. Dalam sudut pandang filsafat ilmu, istilah sains juga telah dipahami oleh masyarakat Indonesia menjadi suatu istilah bak, yaitu ilmu pengetahuan.
Lalu, timbul pertanyaan kapan atau bilangan kira-kira suatu pengetahuan itu dapatdi kategorikan sebagai suatu ilmu (sains/ilmu pengetahuan)? Dalam kajian filsafat ilmu, suatu pengetahuan dapat dikatakan (dikategorikan) sebagai suatu ilmu apabila memenuhi tiga criteria pokok sebagai berikut.
1.    Adanya aspek antologis, artinya bidang studi yang bersangkutan telah memiliki objek studi/kajian yang jelas. Dalam hal ini, bahwa yang namanya objek suatu studi itu haruslah yang jelas, artinya dapat diidentifikasikan., dapat diberi batasan, serta dapat di uraikan sifat-sifatnya yang esensial. Objek studi suatu ilmu itu sendiri terdapat dua macam objek yaitu material serta formal.
2.    Adanya aspek epistemology, yang artinya bahwa bidang studi yang bersangkutan telah memiliki metode kerja yang jelas. Dalam hal ini terdapat tiga metode kerja suatu bidang studi, yaitu deduksi, induksi, serta edukas.
3.    Adanya aspek aksiologi, yang artinya bahwa bahwa bidang studi yang bersangkutan memiliki nilai guna kemanfaatannya. Misalnya, bidang studi tersebut dapat menunjukkan adanya nilai toeretis, hukum generalisasi, kecenderungan umum, konsep, serta kesimpulan yang logis, sistematis, dan koheren. Selain itu, bahwa dalam teori serta konsep tersebut tidak menunjukkan adanya kerancuan, kesemrawutan pikiran, atau penentangan kontradiktif di antara satu sama lainnya.

Dalam filsafat ilmu, setiap ilmu membatasi diri pada salah satu bidang kajian. Oleh karena itu, ada seorang yang hanya mendalami bidang ilmu tertentu dalam masyarakat yang kemudian disebut sebagai sepesialis dan adapula seorang yang banyak tahu (dalam bidang ilmu) namun tidak sampai mendalam, atau yang kemudian disebut sebagai generalis. Namun, karena keterbatasan manusia, maka sangat jarang ditemukan adanya seoran dalam masyarakat yan menguasai beberapa ilmu secara mendalam.
Setelah kta mengetahui tentang pengertian sains (ilmu pengetahuan) dan teknologi, kemudian perbedaan serta hubungannya masing-masing, lalu muncul pertanyaan lagi, yaitu bagaimana hubungannya dengan seni dalam kehidupan manusia ? Nah, untuk dapat menjawab pertanyaan ini, berikt akan kita uraikan sedikit tentan bagaimana keterkaitan diantara unsur-unsur Ipteks itu dalam kaitannya dengan kehidupan manusia di alam semesta ini.
Dalam pemikiran barat, sains memilki tiga karateristik pokok, yaitu bersifat objektif, netral, serta bebas nilai. Karateristik sebuah ilmu pengetahuan bersifat obyektif dan netral itu sudah jelas, namun apakah benar bahwa sains itu juga harus bebas nilai? Tampaknya, disinilah permulaan yang akan kita bahas didalam menghubungkan antara pengetahuan, sains, teknologi, serta seni dalam kehidupan manusia. Menurut sebagian ahli, bahwa sekalipun diakui berpijak dari sistem nilai, namun sains tetap bebas dari pertimbangan-pertimbangan nilai. Akan tetapi, mereka mengakui bahwa sains tetap berpijak pada sistem nilai. Karena dalam pandangan mereka, hubungan langsung diantara fakta dan nilai sebenarnya tidak ada, karena sains sendiri hanya menangani fakta saja. Selanjutnya, menurut para ahli tersebut bahwa sains adalah satu-satunya yang dapat membedakan antara fakta dan bukan fakta, Sedangkan pertimbangan nilai-nilai (values judgement)menurut mereka bukanlah wewenang dari sains. Namun, Perlu juga diketahui bahwa fakta itu sangat tergantung pada sains, dan tergantung pula pada pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh para ilmuwan itu sendiri, karena memang dialah yang menentukan fakta mana saja yang lebih relevan dan apa saja yang dapat dikatakan sebagai fakta ilmiah.

Jadi , dalam pengertian tersebut bahwa fakta itujelas sangat tergantung pada jiwa mereka (seseorang) dalam memilih pertanyaan yang diformulasaikan dan yang tergabung dalam aksioma tadi. Jadi, bukanlah pilihan pertanyaan dan aksioma terlepas dari pilihan serta pertimbangan nilai-nilai (values judgement)? Meskipun memang benar dikatakan bahwa nilai itu tidak akan bisa langsung keluar dari fakta, namun sebuah fakta hanya akan menjadi relevan dan signifikan apabila melalui  sebuah sistem nilai. Karena di sini yang dikatakan fakta hanya akan timbul karena adanya sains bersifat objektif dan tanpa pamrih.
Sedangkan pada sisi lainnya, dikatakan bahwa meskipun teori-teori pada sains juga dibangun di atas fakta, tetapi laporan tentang fakta itu sendiri juga tidak luput dari interpretasi atau penafsiran-penafsiran. Oleh karena itu, dikatakan bahwa sains terbentuk karena adanya pertemuan dua orde pengalaman, yakni ordeobservasi dan orde konsepsional. Orde observasi didasarkan pada hasil observasi fakta, sedangkan orde konsepsi didasarkan pada hasil pemahaman manusia mengenai alam semesta, bisa dikatakan bahwa sains itu atau ilmu pengetahuan (di dalamnya menyangkut pula teknologi), tidak bisda bebas dari nilai-nilai. Jadi, sesuai dengan sifatnya sains itu sendiri yang kebenarannya bersifat tidak mutlak.
Sedangkan berbicara masalah teknologi, di mana istilah teknologi sendiri sebenarnya sudah mengandung pengertian sains dan teknik atau  engineering, sebab produk-produk teknologi tidaklah mungkin ada tanpa didasari adanya sains. Sementara itu, dalam sudut pandang budaya, teknologi merupakan salah satu unsur budaya sebagai hasil penerapan praktis dari sains. Walaupun pada dasarnya teknologi juga memiliki karakteristik objektif dan netral, namun dalam kenyataannya teknologi tidak bisa netral seluruhnya karena memerlukan juga sentuhan-sentuhan estetika yang bersifat objektif.
Pada titik inilah kita berfbicara tentang seni. Seni berasal dari bahasa latin, yaitu ars yang berrti kemahiran, secara etimologis, seni (ars) diformulasikan sebagai suatu kemahiran dalam membuat barang atau mengerjakan sesuatu. Pengertian seni merupakan kebalikan dari alam, yaitu sebagai hasil campur tangan (sentuhan) manusia. Seni merupakan pengolahan budi manusia secarta tekun untuk mengubah suatu benda bagi kepentingan rohani dan jasmani manusia. Seni merupakan ekspresi jiwa seseorang yang hasil ekpresi tersebut berkembang menjadi bagian dari budaya manusia. Seni dan keindahan yang tercipta merupakan dua sisi yang tidak bisa dipisahkan. Dengan sini, cipta dan karya manusia, termasuk teknologi, di dalamnya mendapat sentuhan keindahan atau estetika.
Dari uraian di atas, seni diartikan sebagai kegiatan manusia (human activity), yaitu proses kegiatan manusia dalam menciptakan benda-benda yang bernilai estetik. Jadi, dengan sentuhan seni, teknologi sebagai hasil karya ilmu pengetahuan manusia tidak sekedar menjadialat, tetapi juga bernilai indah. Contohnya, pesawat terbang sebagai karya teknologi tidak hanyaberkembang dari sisi kualitas, kemampuan mesin, dan ketahanannya, tetapi juga berkembang semakin estetik, baik dalam hal bangunan bodi, model, interior pesawat, warna dan sebagainya. Selain itu, seni juga berarti hasil karya seni itu sendiri. Pesawat  adalah tenologihasil karya dan juga hasil seni dari manusia.
Ilmu pengetahuan merupakan usaha untuk memahami gejala dan fakta alam, lalu melestarikan pengetahuan tersebut secara konsepsional dan sistematis. Sedangkan teknologi adalah usaha manusia untuk memanfaatkan ilmu pengetahuan itu untuk kepentingan dan kesejahteraan. Karena hubungan tersebut, maka perkembangan ilmu pengetahuan selalu terkait dengan perkembangan teknologi, denikian pula sebaliknya.
Sains dan teknologi saling membutuhkan, karena tanpa teknologi bagaikan pohon tak berakar (science without technology has no fruit, technology without science has no root). Sains hanya mampu mengajarkan fakta dan non fakta pada manusia, ia tidak mampu mengajarkan apa yang harus atau tidak boleh dilakukan oleh manusia. Jadi, fungsi sains disini hanyalah mengoordinasikan semua pengalaman manusia dan menempatkannya ke dalam suatu sistem yang logis, sedangkan fungsi seni sebagai pemberi persepsi mengenai suatu keberaturan dalam hidup dengan menempatkan suatukeberaturan padanya. Tujuan sains dan teknologi adalah untuk memudahkan manusia dalam menjalani kehidupannya. Sedangkan seni member sentuhan estetik sebagai hasil budaya yang indah dari manusia.

H.    Dampak Penyalagunaan Ipteks Pada Kehidupan
Manusia dengan potensi akalnya, telah diberi kebebasan untuk memilih dan mengembangkan mana yang benar dan mana yang salah. Sedangkan dengan potensinya pula manusia dapat menggali dan mengembangkan rahasia alam semesta ini sehingga lahirlah apa yang kemudian disebut sebagai sains, teknologi, dan seni (disingkat Ipteks). Pada saat ini, perkembangan Ipteks sudah sedemikian pesatnya, bahkan telah berpengaruh baik secara langsung maupun tidak langsung bagi kehidupan manusia, dan pengaruh tersebut menyangkut pola piker, pola kerja, pola hidup, maupun tingkah lakunya. Semestinya, semakin tinggi peguasaan terhadap Ipteks, harusnya manusia semakin kritis dalam berfikir, semakin disilin dalam bekerja, dan semakin efisien dalam bertindak. Akan tetapi, pada kenyataannya kebanyakan manusia justru semakin merasa dibuai dengan semua fasilitas dalam produk yang dihasilkan oleh Ipteks tersebut.
Dalam kehidupan modern, hamper tidak ada orang yang hidup tanpa mengguanakan jasa Ipteks. Semakin tinggi orang yang menggunakan jasa Ipteks, semakin tinggi pula tingkat ketergantungannya kepada alat-alat tersebut. Dampak langsung dari kemajuan Ipteks adalah kemudahan-kemudahan dalam beraktivitas. Memang Ipteks diciptakan dengan tujuan untuk memberikan berbagai kemudahan dan memperingan beban pekerjaan manusia yang tadinya sangat melelahkan menjadi ringan. Namun, dampak negatif dari kemajuan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni, dapat mengakibatkan masyarakat semakin terbuai, karena mereka hidup hamper tak sadar bahwa ternyata dirinya telah berada dalam situasi pola hidup komsumtif, hedonistik, dan materialistik.
Perkembangan Ipteks yang demikian pesat mampu menciptakan perubahan-perubahan yang berpengaruh langsung pada kehidupan masyarakat, khususnya dalam elemen-elemen sebagai berikut.
1.    Perubahan di bidang intelektual; masyarakat meninggalkan kebiasaan lama atau kepercayaan tradisional, mereka mulai mengambil kebiasaan serta kepercayaan baru, setidaknya mereka telah melakukan reaktualisasi.
2.    Perubahan dalam organisasi sosial yang mengarah pada kehidupan politik.
3.    Perubahan dan benturan-benturan terhadap tata nilai dan tata lingkungannya.
4.    Perubahan di bidang industri dan kemampuan di medan perang.
Keempat persoalan di atas kini secara  langsung telah menyentuh sendi-sendi kehidupan manusia yang menurut keterlibatan semua pihak yang pada akhirnya ikut menentukan pula kelangsungan hidup umat manusia di  muka bumi ini.
Dalam pemikiran teologis, ada suatu pertanyaan yang seolah-olah tabu untuk dipersoalkan, yaitu “kapan kira-kira kiamat itu akan terjadi?” disini jawabannya sangat normative, yaitu hanya tuhanlah yang tahu karena dialah yang menentukan kapan kiamat itu tiba. Sedangkan dalam pemikiran saintifik, pertanyaan semacam itu ternyata bisa dikembangkan, yaitu bahwa kiamat akan terjadi apabila alam semesta ini sudah kehilangan keseimbangannya, dan yang menjaga keseimbangan alam itu adalah salah satu tugas manusia. Jadi, apabila pengembangan Ipteks (oleh manusia) sampai tidak memdulikan keseimbangan dan kelestaraian (yang juga menjadi salah satu tugas manusia), maka kiamat akan segera tiba. Dengan demikian, peristiwa kiamat dalam pandang saintifik sangat tergantung pada ulah manusia, yakni sejauh mana manusia di muka bumi ini dapat menjaga dan melestarikan alam ini. Oleh karena itulah, menjadi tugas manusia sebagai makhluk yang telah diangkat oleh tuhan menjadi khalifah di muka bumi untuk menjaga keseimbangan serta kelestarian ala mini dengan memanfaatkan serta menerapkan hasil karya Ipteks dengan cara yang tepat.
Seperti sudah menjadi hukum alam, di samping ada sisi positif juga muncul sisi negatif dari kemajuan Ipteks. Selain yang sudah disebutkan diatas, contoh dampak negatif Ipteks diantaranya adalah perlombaan senjata nukril, pelanggaran norma kesusilaan, kriminalitas, perubahan kesehatan dan pencemaran lingkungan hidup.
Adanya sisi positif dan negatif dari Ipteks maka sering dikatakan bahwa kemajuan Ipteks bermata dua atau bersifat dilematis. Di satu sisi Ipteks secara positif telah mendatangkan rahmat, dalam arti dapat meningkatkan kesejahteraan hidup manusia. Oleh karena itu, ada pihak yang menyatakan bahwa Ipteks menjadi “tulang punggung kesejahteraan”. Namun disisi lain, seperti dapat kita amati dalam kehidupan, penerapan dan pemanfaatan Ipteks itu juga telah membawa dampak negatif atau membawa laknat dalam bentuk munculnya masalah lingkungan, seperti pencemaran, kekeringan, banjir, tanah longsor, dan kenaikan suhu udara global. Oleh karena itu, kita sebagai umat manusia tentunya harus penuh kewaspadaan dan kehati-hatian dalam menerapkan dan memanfaatkan Ipteks, yakni yang sesuai dengan asas-asas keserasian, keseimbangan maupun kelestarian. Dengan demikian, kehidupan dibumi ini akan tetap berjalan secara seimbang dan lestari.
Bukan hanya sampai di situ, pada saat ini perkembangan Iptek juga telah merambah ke bidang teknologi informasi dan komunikasi. Sebagaiman kita dengar atau lihat berbagai media massa, semenjak runtuhnya komunisme dan di lanjutkan dengan munculnya keterbukaan, dunia seakan dilanda arus informasi dan globalisasi. Akibat kemajuan di bidang teknologi informasi yang ditandai dengan munculnya berbagai media komunikasi canggih, seperti pesawat telepon, komputer, faksimili, internet, dan lain-lain, maka arus informasi semakin cepat, dan akibat lebih lanjutnya ialah dunia seakan-akan menjadi menjadi transparan (terbuka) dan sempit. Akan tetapi, pemanfaatan dan penerapan teknologi di bidang informasi dan komunikasi juga mengandung suatu dilemma atau bermata dua. Yakni rahmat dan laknat. Di bidang komunikasi, rahmat Ipteks dapat anda amati dan hayati, yang bukan hanya telah mengglobal, melainkan juga telah mengangkasa luar. Misalnya Iptek telah berasil menciptakan pesawat yang mengangkasa luar. Bahkan, satelit komunikasi juga semakin memacu derasnya informasi. Derasnya arus informasi ini sebagaimana dilakukan stasiun-stasiun televisi yang telah memanfaatkan berbagai penyiaran globalnya melalui satelit-satelit komunikasi tersebut.
Sedangkan dampak negatif yang membawa laknat juga telah mengglobalisasi. Berbagai pencemaran yang berpengaruh terhadap kesehatan fisik biologis dan mental psikologis pun telah mengglobal. Dampak negatif dari perkembangan dan kemajuan serta penerapan Ipteks yang telah menghasilkan berbagai ketimpangan itu oleh Alvin Toffler (1976) disebut sebagai guncangan hari esok (future shock), melainkan juga guncangan kejiwaan (psychological shock). Sekarang cobalah anda lihat dan amati sendiri, bagaimana telah mengglobalnya berbagai penyakit yang timbul di masuyarakat pada saat ini. Mulai dari ketegangan urat saraf, darah tinggi,m sadism kriminalitas, mabuk, teller, dan sebagainya, adalah berbagai macam penyakit ataupun gangguan-gangguan fisik biologis maupun mental psikologis yang tidak hanya terjadi di Negara-negara tertentu saja, melainkan juga telah meluas ke berbagai penjuru dunia. Dalam kaitan ini maka perkembangan kemajuan Iptek di bidang komunikasi dan informasi itulah yang dianggap menjadi salah satu sarana penyebarannya. Disinilah kiranya letak tuntunan bagi dunia pendidikan pada khususnya, serta masyarakat dan pemerintah pada umumnya, bagaimana caranya menciptakan kiat-kiat khususnya guna mengatasi dampak negatif Iptek terhadap guncangan fisik serta psikologis tadi.

I.    Dampak IPTEK Terhadap Lingkungan dan SDA
Pengalaman beberapa negara berkembang khususnya negara-negara latin yang gandrung memakai teknologi dalam industri yang ditransfer dari negara-negara maju (core industry) untuk pembangunan ekonominya seringkali berakibat pada terjadinya distorsi tujuan. Keadaan ini terjadi karena aspek-aspek dasar dari manfaat teknologi bukannya dinikmati oleh negara importir, tetapi memakmurkan negara pengekpor atau pembuat teknologi. Negara pengadopsi hanya menjadi komsumen dan ladang pembuangan produk teknologi karena tingginya tingkat ketergantungan akan suplai berbagai jenis produk teknologi dan industri dari negara maju. Alasan umum yang digunakan oleh negara-negara berkembang dalam mengadopsi teknologi (iptek) dan industri, searah dengan pemikiran Alfin Toffler maupun John Naisbitt yang meyebutkan bahwa untuk masuk dalam era globalisasi dalam ekonomi dan era informasi harus melewati gelombang agraris dan industrialis. Hal ini didukung oleh itikad pelaku pembangunan di negara-negara untuk beranjak dari satu tahapan pembangunan ke tahapan pembangunan berikutnya.
Tetapi akibat tindakan penyesuaian yang harus dipenuhi dalam memenuhi permintaan akan berbagai jenis sumber daya (resources), agar proses industri dapat menghasilkan berbagai produk yang dibutuhkan oleh manusia, seringkali harus mengorbankan ekologi dan lingkungan hidup manusia. Hal ini dapat kita lihat dari pesatnya perkembangan berbagai industri yang dibangun dalam rangka peningkatan pendapatan (devisa) negara dan pemenuhan berbagai produk yang dibutuhkan oleh manusia. Disamping itu, IPTEK dikembangkan dalam bidang antariksa dan militer, menyebabkan terjadinya eksploitasi energi, sumber daya alam dan lingkungan yang dilakukan untuk memenuhi berbagai produk yang dibutuhkan oleh manusia dalam kehidupannya sehari-hari.
Gejala memanasnya bola bumi akibat efek rumah kaca (greenhouse effect) akibat menipisnya lapisan ozone, menciutnya luas hutan tropis, dan meluasnya gurun, serta melumernnya lapisan es di Kutub Utara dan Selatan Bumi dapat dijadikan sebagai indikasi dari terjadinya pencemaran lingkungan kerena penggunaan energi dan berbagai bahan kimia secara tidak seimbang (Toruan, dalam Jakob Oetama, 1990: 16 – 20). Selain itu, terdapat juga indikasi yang memperlihatkan tidak terkendalinya polusi dan pencemaran lingkungan akibat banyak zat-zat buangan dan limbah industri dan rumah tangga yang memperlihatkan ketidak perdulian terhadap lingkungan hidup. Akibat-akibat dari ketidak perdulian terhadap lingkungan ini tentu saja sangat merugikan manusia, yang dapat mendatangkan bencana bagi kehidupan manusia. Oleh karena itu, masalah pencemaran lingkungan baik oleh karena industri maupun komsumsi manusia, memerlukan suatu pola sikap yang dapat dijadikan sebagai modal dalam mengelola dan menyiasati permasalahan lingkungan.
Seringkali ditemukan pernyataan yang menyamakan istilah ekologi dan lingkungan hidup, karena permasalahannya yang bersamaan. Inti dari permasalahan lingkungan hidup adalah hubungan mahluk hidup, khususnya manusia dengan lingkungan hidupnya. IImu tentang hubungan timbal balik mahluk hidup dengan lingkungan hidupnya di sebut ekologi (Soemarwoto, 1991: 19). Lingkungan hidup adalah sistem yang merupakan kesatuan ruang dengan semua benda, daya. keadaan dan mahluk hidup, termasuk di dalamnya manusia dengan prilakunya, yang mempengaruhi kelangsungan peri kehidupannya dan kesejahteraan manusia serta mahluk hidup lainnya (Soerjani, dalam Sudjana dan Burhan, 1996: 13).
Dari definisi diatas tersirat bahwa mahluk hidup khususnya merupakan pihak yang selalu memanfaatkan lingkungan hidupnya, baik dalam hal respirasi, pemenuhan kebutuhan pangan, papan dan lain-lain. Manusia berinteraksi dengan lingkungan hidupnya, yang dapat mempengaruhi dan mempengaruhi oleh lingkungan hidupnya, membentuk dan dibentuk oleh lingkungan hidupnya. Hubungan manusia dengan lingkungan hidupnya adalah sirkuler, berarti jika terjadi perubahan pada lingkungan hidupnya maka manusia akan terpengaruh.
Uraian ini dapat menjelaskan akibat yang ditimbulkan oleh adanya pencemaran lingkungan, terutama terhadap kesehatan dan mutu hidup manusia. Misalnya, akibat polusi asap kenderaan atau cerobong industri, udara yang dipergunakan untuk bernafas oleh manusia yang tinggal di lingkungan itu akan tercemar oleh gas CO (karbon monoksida). Berkaitan dengan paparan ini, perlakuan manusia terhadap lingkungan akan mempengaruhi mutu lingkungan hidupnya.
Masalah pencemaran lingkungan hidup, secara teknis telah didefinisikan dalam UU No. 4 Tahun 1982, yakni masuknya atau dimasukkannya mahluk hidup, zat, energi, dan atau komponen lain ke dalam lingkungan dan atau berubahnya tatanan lingkungan oleh kegiatan manusia atau proses alam, sehingga kualitas lingkungan turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan menjadi kurang atau tidak dapat lagi berfungsi sesuai peruntukannya.
Dari definisi yang panjang tersebut, terdapat tiga dampak IPEK terhadap lingkungan hidup dan sumber daya alam yaitu; dampak secara kimiawi, fisik dan biologis. Resiko kimiawi akibat IPTEk adalah: senyawa-senyawa kimia berbahaya yang terdapat di air, tanah, udara dan makanan. Resiko fisik akibat IPTEk adalah kebakaran, gempa bumi, letusan gunung berapi, kebisingan, radiasi, sedimentasi. Resiko biologis akibat IPTEk adalah pathogen (bakteri, virus, parasit), dan bahan kimia yang mengakibatkan kerusakan pada jaringan tubuh.
Pencemaran terjadi bila dalam lingkungan terdapat bahan yang menyebabkan timbulnya perubahan yang tidak diharapkan, baik yang bersifat fisik, kimiawi maupun biologis sehingga mengganggu eksistensi manusia dan aktivitas manusia serta organisme lainnya. Bahan penyebab pencemaran tersebut disebut polutan. Polusi disebabkan terjadinya factor-faktor tertentu yang sangat menentukan ialah:
1.    Jumlah penduduk
2.    Jumlah sumberdaya alam yang digunakan oleh setiap individu
3.    Jumlah Polutan yang dikeluarkan oleh setiap jenis SDA
4.    Teknologi yang digunakan
Penggunaan sumberdaya yang salah menimbulkan erosi, sedimentasi yang merusak, penggaraman tanah dan air, penggersangan lahan, banjri dsb. Limbah dan sisa proses menimbulkan contamination dan pollution atas udara, tanah dan air. Dampak menyebar dan meluas cepat lewat udara dan air. Penyebaran dan peluasan dampak lewat tanah langsung berjalan sangat lambat. Akan tetapi tanah dapat bertindak sebagai penyimpan zat atau bahan pencemar atau pengotor selama waktu lama dan dengan demikian menjadi sumber dampak yang nantinya akan tersebar lewat udara atau air. Zat pencemar yang tersimpan dalam tanah juga dapat menyebar lewat serapan tanaman bersama dengan panenan yang diangkut dan digunakan ditempat-tempat lain. Kalau zat pencemar diserap tanaman pangan atau pakan, akan dapat mnimbulkan pencemaran dakhil (internal pollution) atas orang atau ternak dimana-mana tempat memperjual belikan bahan pangan atau pakan tersebut. Sumber pencemaran dakhil lebih sulit dilacak daripada sumber pencemaran lewat udara dan air.
Pencemaran dapat datang dari sumber pasti misalnya dari saluran pembuang limbah pabrik atau datang dari sumber baur, misalnya dari aliran limpas lahan pertanian, pencemaran sumber pasti secara nisbi lebih mudah ditangani karena titik pelepasan bahan pencemar jelas dan susunan bahan pencemar terbatas keanekaannya. Pencemaran sumber baur lebih suli ditangani kerana titik pelepasannya dan titik asalnya berada di mana-mana dan susunan bahan pencemarannya sangat beraneka.
Ada dampak yang tinggal di tempat dampak itu ditimbulkan, misalnya pemampatan tanah oleh alat-alat berat dalam pembukaan lahan atau penggaraman tanah oleh system irigasi yang dirancang tanpa memperhitungkan neraca air pada antarmuka atmosfer tanah. Ada dampak yang diekspor ke tempat lain dari tempat asalnya, misalnya erosi di hulu mengekspor dampak sedimentasi ke hilir atau asap kendaraan bermotor dari jalur jalan diekspor ke kawasan pertanian atau pemukiman sepanjang jalan. Kawasan yang menimpor dampak menghadapi persoalan serupa dengan yang terkena.
Teknologi yang diandalkan sebagai istrumen utama dalam “revolusi hijau” mampu meningkatkan hasil pertanian, karena adanya bibit unggul, bermacam jenis pupuk yang bersifat suplemen, pestisida dan insektisida. Dibalik itu, teknologi yang sama juga menghasilkan berbagai jenis racun yang berbahaya bagi manusia dan lingkungannya, bahkan akibat rutinnya digunakan berbagi jenis pestisida ataupun insektisida mampu memperkuat daya tahan hama tananam misalnya wereng dan kutu loncat.
Berdasarkan hasil studi empiris yang pernah dilakukan oleh Magrath dan Arens pada tahun 1987 (Prasetiantono, di dalam Sudjana dan Burhan (ed.), 1996: 95), diperkirakan bahwa akibat erosi tanah yang terjadi di Jawa nilai kerugian yang ditimbulkannya telah mencapai 0,5 % dari GDP, dan lebih besar lagi jika diperhitungkan kerusakan lingkungan di Kalimantan akibat kebakaran hutan, polusi di Jawa, dan terkurasnya kandungan sumber daya tanah di Jawa.
Terlepas dari berbagai keberhasilan pembangunan yang disumbangkan oleh teknologi dan sektor indusri di Indonesia, sesungguhnya telah terjadi kemerosotan sumber daya alam dan peningkatan pencemaran lingkungan, khususnya pada kota-kota yang sedang berkembang seperti Gresik, Suarbaya, Jakarta, bandung Lhoksumawe, Medan, dan sebagainya. Bahkan hampir seluruh daerah di Jawa telah ikut mengalami peningkatan suhu udara, sehingga banyak penduduk yang merasakan kegerahan walaupun di daerah tersebut tergolong berhawa sejuk dan tidak pesat industrinya.
Berkaitan dengan pernyataan tersebut, Amsyari (Sudjana dan Burhan (ed.), 1996:104), mencatat keadaaan lingkungan di beberapa kota di Indonesia, yaitu: Terjadinya penurunan kualitas air permukaan di sekitar daerah-daerah industri. Konsentrasi bahan pencemar yang berbahaya bagi kesehatan penduduk seperti merkuri, kadmium, timah hitam, pestisida, meningkat tajam dalam kandungan air permukaan dan biota airnya.
Kelangkaan air tawar semakin terasa, khususnya di musim kemarau, sedangkan di musim penghujan cenderung terjadi banjir yang melanda banyak daerah yang berakibat merugikan akibat kondisi ekosistemnya yang telah rusak. Temperatur udara maksimal dan minimal sering berubah-ubah, bahkan temperatur tertinggi di beberapa kola seperti Jakarta sudah mencapai 37 derajat celcius. Terjadi peningkatan konsentrasi pencemaran udara seperti CO, NO2r S02, dan debu. Sumber daya alam yang dimiliki bangsa Indonesia terasa semakin menipis, seperti minyak bumi dan batubara yang diperkirakan akan habis pada tahun 2020. Luas hutan Indonsia semakin sempit akibat tidak terkendalinya perambahan yang disengaja atau oleh bencana kebakaran. Kondisi hara tanah semakin tidak subur, dan lahan pertanian semakin memyempit dan mengalami pencemaran.

J.    Problematika Pemanfaatan Ipteks Di Indonesia
Ipteks dimanfaatkan oleh manusia terutama dalam memudahkan pemenuhan kebutuhan hidup. Contoh sederhana adalah dengan dikembangkannya sarana transportasi, manusia bisa bergerak dan melakukan mobilitas dengan cepat. Kemajuan yang dicapai manusia malalui Ipteks telah memberikan dampak positifdalam kehidupannya. Ipteks member rahmat dalam arti memicu kemajuan dan kesejahteraan. Namun demikian, pemanfaatan Ipteks oleh manusia itu sendiri. Gejala negatif itu sebagai akibat dari penyalagunaan, ataupun tidak mempunyai manusia dalam mengendalikan kekuatan teknologi itu sendiri.
Pengembangan ilmu pengetahuan berjalan aktif disegala bidang, yaitu kesehatan, pertanian, ilmu ekonomi, ilmu sosial, ilmu pengetahuan alam, dan sebagainya. Akan tetapi, jika diamati lebih teliti ada empat bidang ilmu pengetahuan dan teknologi strategis yang akan menentukan massa depan dunia, yaitu material, energi, mikroelektronik, dan bioteknologi (Rahardi Ramelan, 2004). Dari bidang-bidang tersebut menghasilkan pula empat macam teknologi, yaitu yaitu teknologi bahan, teknologi energi, teknologi mikroelektronika, dan teknologi hayati.
Teknologi bahan adalah teknologi yang memanfaatkan material terutama logam seperti besi dan baja untuk pemenuhan kebutuhan manusia yang menggunakan bahan material tersebut. Dewasa ini, inovasi menciptakan material bar uterus berkembang dan tidak lagi mengandalkan logam atau komponen baku yang sudah dibentuk alam (konvensional). Berbagai komposisi baru atau pemurnian dilakukan untuk memanfaatkan material organik dan anorganik sebagai structural material, tool material, atau electronic/electromagnetic materials. Pembentukan material komposit yang semula hanya menggunakan jenis-jenis polimer sebagai serat penguat/matriks juga digunakan pada struktur pesawat terbang, printedcircuit board, dan lain-lainnya telah berkembang dan terus berkembang dengan menggunakan bahan-bahan serat lainnya, seperti kaca gelas, karbon, logam, ataupun keramik.
Teknologi energi adalah teknologi dengan memanfaatkan sumber-sumber energi. Sumber energi konvensional di dunia adalah minyak, gas alam, batu bara, tenaga air, geothermal, dan kayu. Sumber dan teknologi modern sudah mulai dikembangkan, termasuk tenaga nukril, gambut, tenaga surya, gelombang laut, tenaga panas laut, angin dan sebagainya.
Teknologi mikroelektronika atau yang berkembang sekarang ini sebagai teknologi informasi atau informatika. Teknologi informasi ialah teknologi yang digunakan untuk menyimpan, menghasilkan, mengolah, dan menyebarluaskan informasi. Informasi yang dimaksudkan mencakup numerik, seperti angka, audio, teks, dan citra seperti gambar dan sandi teknologi informasi merupakan salah satu jenis teknologi yang dikembangkan dari ilmu-ilmu dasar, seperti matematika, fisika dan sebagainya, pengembangan dan pemanfaatan teknologi ini menghasilkan ciptaan baru berupa komputer, internet, rekayasa perangkat lunak (program), termasuk kecerdasan buatan. Prkembangan teknologi informasi atau dengan istilah lain teknologi telematika mendapat perhatian luar biasa dari banyak Negara, termasuk Indonesia. Perkembangan teknologi informasi ini diyakini menjadi faktor penting munculnya globalisasi.
Teknologi hayati atau bioteknologi adalah teknologi yang berusaha secara sistematis menggunakan serta mengarahkan sistem atau komune biologis, terutama organisme kecil, untuk menghasiljkan barang atau jasa secar efisien. Untuk memengaruhi dan mengarahkan itu, kini digunakan berbagai teknik dan alat yang dikembangkan di cabang-cbang ilmu pengetahuan dan teknologi lainnya, seperti mikrobiologi, bioengineering, genetic engineering, dan sebagainya.
Bangsa Indonesia dari dulu sudah menyadari akan pentingnya peranan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam pembangunan. Faktor yang paling menentukan dalam hal penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi adalah manusia, yaitu para pelaku yang menggeluti bidang penelitian dan pengembangan serat  rencang bangun dan perekayasaan. Pembina terhadap para pelaku seperti perguruan tinggi dan lembaga penelitian, bahkan pembinaan kemampuan di sektor industri mulai dilakukan. Misalnya dengan dibentuknya wadah seperti kantor Menteri Negara Riset dan teknologi, Dewan standarisasi nasional, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, dan Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia.
Di era sekarang ini, perhatian tehadap pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tampak pada dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2004-2009, khususnya pada bidang pembangunan ilmu pengetahuan dan teknologi. Disadari oleh Indonesia bahwa pembangunan ilmu pengetahuan dan teknologi (Ipteks) pada hakikatnya ditujukan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dalam rangka membangun peradaban bangsa. Sejalan dengan peradikma baru di era globalisasi, yaitu tekno-ekonomi (techno-economy paradigm), teknologi menjadi faktor yang memberikan kontribusi signifgikan dalam peningkatan kualitas hidup suatu bangsa. Pembangunan Ipteks merupakan sumber terbentuknya iklim inovasi yang menjadi landasan bagi tumbuhnya kreativitas sumber day manusia (SDM), yang pada gilirannya dapat menjadi sumber pertumbuhan dan daya saing ekonomi. Selain itu, Ipteks menentukan tingkat kreativitas dan efisien proses transformasi sumber daya menjadi sumber daya baru yang lebih bernilai. Dengan demikian, peningkatan kemampuan Ipteks sangat diperlukan untuk meningkatkan standar kehidupan bangsa dan Negara, serta kemandirian dan daya saing bangsa Indonesia di mata dunia.
Namun demikian, masalah yang dihadapi bangsa Indonesia terkait dengan pemanfaatan dan kemampuan Ipteks ini dapat diidentifikasi sebagai berikut (RPJMN 2004-2009).
1.    Rendahnya kemampuan Ipteks nasional dalam menghadapi perkembangan global (IPT) dalam laporan UNDP tahun 2001 menunjukkan tingkat pencapaian teknologi Indonesia masih berada pada urutan ke-60 dari 72 negara.
2.    Rendahnya konstitusi Iptek nasional disektor produksi. Hal ini antara lain ditunjukkan oleh kurangnnya efisien dan rendahnya produktivitas serta minimnya kandungan teknologi dalam ekspor.
3.    Belum optimalnya mekanisme intermediasi Iptek yang menjembatani interaksi antara kapasitas penyedia Ipteks dengan kebutuhan pengguna. Masalah ini dapat terlihat dari belum tertatanya inmfrastruktur Ipteks, antara lain institisi yang mengolah dan menerjemahkan hasil pengembangan Ipteks menjadi preskripsi teknologi yang siap pakai untuk difungsikan dalam sistem produksi.
4.    Lemahnya sinergi kebijakan Ipteks, sehingga kegiatan Ipteks belum sanggup membrikan hasil yang signifikan.
5.    Masih terbatasnya sumber daya Ipteks, yang tercermin dari rendahnya kualitas SDM dan kesenjangan pendidikan di bidang Ipteks. Rasio tenaga peneliti Indonesia pada tahun 2001 adalah 4,7 peneliti per 10.000 penduduk, jauh lebih kecil di bandingkan jepang sebesar 70,7.
6.    Belum berkembangnya budaya Iptek dikalangan masyarakat.
Budaya bangsa secara umum masih belum mencerminkan nilai – nilai Iptek yang mempunyai penalaran objektif, rasional, maju, unggul, dan mandiri. Pola piker masyrakat belum berkembang kearah yang lebih suka mencipta dari pada sekedar memakai, lebih suka membuat daripada sekesar membeli, serta lebih suka belajar dan berkreasi daripada sekadar menggunakan  teknologi yang ada.
7.    Belum optimalnya peran Ipteks dalam mengatasi degradasi fungsi lingkungan hidup. Kemajuan ipteksberakibat pula pada munculnya permasalahan lingkungan. Hal tersebut antara lain disebabkan oleh belum bertkembangnya sistem manajemen dan teknologi pelestarian fungsi lingkungan hidup.
8.    Masih lemahnya peran Ipteks dalam mengantisipasi dan menanggulangi bencana alam. Wilayah Indonesia dalam konteks ilmu kebumian global merupakan wilayah yang rawan bencana. Banyaknya korban akibat bencana alam merupakan indikator bahwa pembangunan Indonesia belum berwawasan bencana. Kemampuan iptek nasional belum optimal dalam memberikan antisipasi  dan solusi strategis terhadap berbagai permasalahan bencana alam, seperti pemanasan global, anomaly iklim, kebakaran hutan, banjir, longsor, gempa bumi dan tsunami.

K.    Sinergi Seni dan Teknologi Menuju  Peradaban Manusia yang Unggul
Dalam kehidupsn sehari-hari ini, berbagai pendapat yang mempertentangkan praksis sains dan teknologi secara bilapolar asih sering terdengar. Sudah tentu, diskursus tidak mungkin muncul tanpa sejarah. Salah satu sebabnya, boleh jadi karena pemahaman umum tentang teknologi sebagai pepanjangan tangan dari sains modern yang dianggap selalu berurusan dengan kepastian rasiaonaldan serba keterukuran dalam logika positivism. Sedangkan seni atau lebih khusus lagi, seni rupa modern, umumnya dilihat sebagai praksis filosofofis yang justru identik dengan berbagai ketidakpastian, penafsiran personal dan subyektifitas. Pertentangan bipolar itu juga terkait dengan pandangan khalayak yang satu sisi memahami teknoogi sebagai perwujudan nyata dari cita-cita kemajuan peradaban modern secara kongkrit, berdampak pada kehidupan manusia. Sementara disisi lain, melihat seni sebagai aktualisasi pengalaman bathin, intuisi, dunia pra reflektif manusia dan khasanah rasawi yang tak terjemah.
Demikian paparan dari Agung  Hujakejennong pada diskusi yang berlangsung dalam rangka pameran”pendapat-pendapat tersebut tidak sepenuhnya keliru melihat pemisahan yang secara sadar atau tidak  memang dilakukan oleh para pelaku teknologi dan seni tersebut. Pemisahan ini tidak lepas dari ambisi manusia sendiri untuk mengejar modernitas, menciptakan spesialisasi dalam bidang-bidang keduhidupan manusia demi penemuan dalam kebudayaan modern, dimana eksperimentasi dalam riset menjadi tulang punggung dalam pencapaian kesejahteraan manusia. Namun berbagai penemuan tersebut semakin memisahkan seni dan teknologi dimasa itu hingga menjangkau dalam tataran konsep. keterkaitan  antara keduanya hanya samar-samar terlihat dalam hal keinginan untuk terus menemukan sesuatu yang baru.
Tetapi dalam dekade 60-an, terjadi perubahan mendasar dalam konsep tersebut. Kehadiran genre video art mempertemukan dua perangkat tersebut yang bagai dua sisi mata uang logam. Memang tidak bisa dipungkiri kehadiran kamera, film dan video telah menciptakan sintesa antara dua imaji dalam seni dengan perangkat teknologi reproduksi mekanik. Kelahiran fotografi dan sinema telah membawa perubahan besar dalam kebudayaan manusia. Sebuah pendobrakan terhadap tataran konsep pemisahan seni dan teknologi.
Menanggapi berkembangnya video art, agung menjelaskan bahwa seni yang hadir lewat teknologi video memiliki ciri unik sendiri. Secara sejarah, karya-karya dalam video art menuntut kita untuk mendefinisikan model presepsi astetik secara baru karena karakter-karakter inheren medium video yang khusus membedakan seni lukis, tari, teater bahkan sinema sekalipun. video merupakan ranngkaian cetra bergerak dan suara yang terkait dengan waktu berbeda dengan lukisan. Karya-karya purwa rupa video art juga mendeskontruksi konvensi narasi dan pola yang penting hadir dalam sinema atau film ketika fotografi dan film atau sinema hadir sebagai kebaruan dari teknologi dan seni, video art justru lahir dari kecurigaan dari kritisme terhadap seni dan teknologi.
Salah satu fenomena yang menjadi kritik terhadap seni dan teknologi adalah televisi. Televise telah hadir dalam dekade 60-an, menjadi sebuah jarkon teknlogi informasi yang sangat agresif. Kebutuhan akan televisi telah memicu lahirnya sistem komunikasi yang baru sistem komunikasi ini yang mendorong perubahan sosial, politik, ekonomi secara besar-besaran dalam kehidupan manusia. Sejak pertama kali televisi ditemukan telah menjadi alatyang efektif untuk menyebarkan hiburan, informasi, pendapat,bahkan ideologi yang terselubung. Kritik yang sama terhadap budaya TV dan tontonan juga ditampilkan dalam pameran video art bulan ini.
Video yang hadir dalam bentuk kritisme terhadap seni dan teknologi disajikan dalam bentuk berbeda. Dimana seni dan peralatan teknologi sendiri digunakan untuk menggambarkan kritik tersebut. Sejak berkembangnya video art sampai sekarang, penggunaan perangkat teknologi terbaru juga menyertai setiap karya yang hadir. Video art hadir dalam berbagai bentuk teknologi visual yang secara konseptual seirin dengan diskursus yang berkembang dalam praksis seni rupa.
BAB III
STUDI KASUS

Pemanfaatan Sains, Teknologi, Seni
Di SMAN 11 SURABAYA
lmu Sains, Teknologi & seni di SMA Negeri 11 Surabaya sudah menjadi keunggulan bagi hampir setiap siswa di sekolah, terutama untuk bidang teknologi.
Sekarang ini hampir setiap sekolah di Indonesia hanya memberikan fasilitas & metode pembelajaran yang hanya berupa teori mata pelajaran saja,padahal hal tersebut sangatlah akan jauh lebih baik jika dikembangkan lebih jauh lagi. Hal tersebut dapat diwujudkan tentu dengan adanya kerjasama & minat dari setiap warga sekolah. Salah satu perwujudannya adalah kegiatan ekstrakulikuler, misalnya PMR (Palang Merah Remaja), KIR (Karya Ilmiah Remaja), Seni Tari, Vocal Group, dll.
BAB IV
ANALISA DAN KESIMPULAN

Manusia atau orang dapat diartikan berbeda-beda menurut biologis, rohani, dan istilah kebudayaan, atau secara campuran.Secara biologis, manusia diklasifikasikan sebagai homo sapiens (bahasa latin untuk manusia), sebuah spesies primata dari golongan mamalia yang dilenkapi otak berkemampuan tinggi.
Sains berasal dari kata yang berarti knowledge(ilmu) akan tetapi tidak semua ilmu dapat dikatakan sebagai sains. Ilmu sains yaitu ilmu yang dapat diuji(hasil pengamatan sesungguhnya) kebenaranya, dan dapat dikembangkan secara sistematis berdasarkan kebenaran melalui eksperimen secara teori.
Dalam banyak hal, hubungan antara ilmu pengetahuan (sains) dengan cara-cara menerapkannya (teknologi) telah banyak dicontohkan dan diujicobakan oleh sejumlah sarjana muslim pada sekitar abad ke-9 – 13 M.. Mereka bukan hanya ditopang oleh pengetahuan dan pengalamannya, tapi juga anugrah yang melimpah dengan mendapat fasilitas dari pemerintahan, terutama pada masa-masa kejayaan Abbasiyah di Baghdad.
Sains dan teknologi sangat penting dagi kehidupan manusia. Keduanya saling berhubungan. Dengan sains manusia dapat menciptakan berbagai macam peralatan hidup atau teknologi, dan dengan teknologi yang canggih manusia dapat lebih mudah mempelajai sains atau ilmu pengetahuan.
Sains dan teknologi tersebut selalu dihubungan dengan manusia, lingkungan, dan kebudayaan, karena manusia selalu menggunakan sarana-sarana atau teknologi yang diciptakannya melalui sains untuk melakukan akivitas-aktivitasnya. Manusia akan lebih mudah dan lebih lancer melakukan kegiatan atau aktiftas sehari-hari.
Sedanngkan hubungannya dengan seni adalah manusia menciptakan hasil karyanya, hasil ekspresi jiwanya termasuk teknologi tidak hanya dengan sains saja tetapi dengan seni. Dengan adanya seni dalam pembuatan teknologi hasilnya tidak menjadi alat saja tetapi juga bernilai seni. Misalnya saja mobil, mobil tidak sekedar dikendarai tetapi juga didesain dengan sedemikian rupacdengan model, warna dan sebagainya.
Seiring dengan berkembangnya zaman Iptek semakin maju dan canggih, akan tetapi dampak dari semua itu juga semakin banyak. Dikehidupan modern  tidak ada manusia yang hidup tanpa menggunakan Iptek. Dampak posifif dari  kemajuan Iptek adalah banyak kemudahan-kemudahan bagi manusia untuk melakukan aktifitasnya. Akan tetapi banyak juga dampak negatifnya, diantaranra adalah pornografi. Akaibat dampak negative dari Iptek manusia tanpa disadari hidip dalam pola konsumtif dan matrealistik. Tida hanya itu kemajuan Iptek juga menyebabkan kriminalitas semakin bertambah dan lain sebaginya.
Terdapat beberapa masalah yang ada di Indonesia dalam pemanfaatan iptek, antara lain dalam menghadapi perkembangan global,  kualitas SDM di Indonesia masih sangat rendah. Indonesia yang wilanyahnya termasuk rawan bencana, peran Iptek masih dirasa kurang dalam mengantisipasi dan menanggulangi bencana alam. Pola piker rakyat Indonesia yan sekedar memakai dari pada mencipta. Lebih suka membeli dari pada membuat lebih suka hanya menggunakan teknologi dari pada belajar dan berkreasi.

Leave a comment »

INTERAKSI SOSIAL DAN BUDAYA

Kota adalah salah satu habitat manusia yang merupakan lingkungan alam yang telah berubah drastik menjadi lingkungan buatan, untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia. Batasan kota bervariasi tergantung dari sudut pandang pengamat.
Pola lokasi kota bervariasi karena banyak faktor-faktor yang mempengaruhi. Sedangkan untuk struktur ruang kota, ada tiga pola ruang kota yaitu berupa lingkaran konsentris, pola sektor, dan pola inti ganda.
Memahami kehidupan dan lingkungan hidup kota tak ubahnya kita memahami jasad hidup, yaitu jasmani kota dan rohani kota. Jasmani kota ada yang berupa metabolisme kota, peredaran makanan atau darah kota, sistem syaraf kota, dan tulang-tulang struktur kota yang berupa infrastru
Sifat-sifat warganya yang heterogen, kompleks, hubungan sosial yang impersonal dan external, serta personal segmentation, karena begitu banyaknya peranan dan jenis pekerjaan seseorang dalam kelompoknya sehingga seringkali orang tidak kenal satu sama lain, seolah-olah seseorang menjadi asing dalam lingkungannya.
Kota mempunyai fungsi tertentu yang berbeda antara satu dengan kota lainnya. Perbedaan tersebut akan menghasilkan karakter tertentu pula bagi penduduknya. Terciptalah pula suatu masyarakat yang mempunyai ciri-ciri sosial budaya yang berbeda dengan masyarakat di luarnya, antara satu kota dengan kota lainnya.

Populasi
Pengertian desa sebagai tempat permukiman sangat beragam tergantung dari kacamata pengamatnya, bisa ditinjau dari aspek morfologi, aspek jumlah penduduk, aspek ekonomi, dan aspek sosial budaya serta aspek hukum.
Masyarakat desa selalu dikonotasikan dengan ciri tradisional, kuatnya ikatan dengan alam, eratnya ikatan kelompok, guyup rukun, gotong royong, alon-alon asal kelakon, dan paternalistik.
Pada umumnya mata pencaharian penduduk di perdesaan adalah bercocok tanam atau bertani. Ada pekerjaan lain seperti bertukang, kerajinan atau pekerjaan lain, tetapi pekerjaan ini merupakan pekerjaan sambilan sebagai pengisi waktu luang.
Pembagian kerja di desa relatif sederhana bila dibandingkan dengan kota. Struktur sosial di kota mengenal diferensiasi yang luas sedangkan di perdesaan relatif sederhana. Di perdesaan orang lebih menghayati hidupnya, terutama pada kelompok primer dan berorientasi pada tradisi, serta cenderung konservatif.
Pola ruang desa-desa Indonesia cukup bervariasi tergantung dari di mana lokasi desa itu berada, yaitu: Pola Melingkar; Pola Mendatar; Pola Konsentris; Pola memanjang jalur sungai atau Jalan; Pola Mendatar; dan Pola Konsentris Desa di Jawa Timur.

MANUSIA DAN LINGKUNGAN HIDUP
Kedudukan Manusia dalam Lingkungan Hidup dan Dinamika Populasi Interaksi sosial merupakan hubungan sosial yang dinamis, yang meliputi hubungan antara masing-masing individu; antara kelompok maupun antara individu dengan kelompok.
Melihat interaksi manusia dapat dilihat dalam dua tingkat (kacamata), yaitu tingkat hayati dan tingkat sosial atau budaya.

Interaksi sosial tidak akan terjadi bila tidak memenuhi dua syarat, yaitu: (1) Adanya kontak sosial (social-contact); (2) adanya komunikasi (communications). Dan menurut ahli-ahli sosial bentuk-bentuk interaksi sosial dapat berupa kerja sama (co-operation), persaingan (competition), pertentangan atau pertikaian (conflict), dan dapat juga berbentuk akomodasi (accommodation).
Menurut kacamata ahli ilmu alam, dasar proses interaksi manusia adalah kompetisi. Kompetisi itu pada hakekatnya berlangsung dengan proses kerjasama yang spontan dan tidak berencana, membentuk apa yang disebut koperasi yang kompetitif. Sebagai akibat timbullah apa yang disebut relasi yang simbiotik.
Relasi simbiotik itu dalam bentuk mutualisme, komensalisme, amensalisme, kompetisi, parasitisme, dan predasi.
Interaksi pada makhluk hayati terjadi secara netral, untuk keseimbangan ekosistem itu sendiri. Interaksi sosial pada manusia tidak terjadi secara netral, ada norma-norma moral manusia. Dalam interaksinya dengan lingkungan cenderung antroposentrik, sehingga membuka peluang manusia untuk bersifat eksploitatif terhadap lingkungannya. Tetapi dengan memadukan sikap imanen dan transenden sebagai dasar moral dan tanggung jawab dalam memanfaatkan alam sifat eksploitatif dapat lebih terkendali.

Lingkungan Hidup Buatan
Untuk memahami perilaku atau tingkah laku manusia dapat ditelusuri melalui persepsi manusia terhadap lingkungannya. Persepsi adalah stimulus atau sesuatu yang dapat memberikan rangsangan pada syaraf, yang ditangkap oleh panca indera serta diberi interpretasi (arti) oleh sistem syaraf.
Dalam melihat persepsi ini ada dua pendekatan yaitu pendekatan konvensional dan pendekatan ekologis dari Gibson.
Usaha menjelaskan perilaku sebagai ungkapan persepsi dapat dilihat dari interaksi antara rangsangan (stimulus) terhadap reaksi (respons). Beberapa aliran hubungan Stimulus – Response antara manusia dengan lingkungannya, adalah: aliran determinisme; interaksionisme; dan transaksionisme.
Adapun faktor-faktor yang dapat mempengaruhi persepsi seseorang terhadap lingkungannya, adalah faktor obyek fisik dan faktor individu. Hasil interaksi individu dengan obyek fisik menghasilkan persepsi individu tentang obyek tersebut.
Sedangkan respon manusia terhadap lingkungannya bergantung pada bagaimana individu mempersepsikan lingkungannya. Respon ini dapat dilihat dari gejala-gejala persepsi mereka terhadap ruang sebagai lingkungan tempat tinggalnya, yaitu meliputi personal space, privacy, territoriality, crowding dan density, peta mental, serta stress.

PENGELOLAAN SUMBER DAYA ALAM

Pembangunan adalah sebagai suatu usaha atau rangkaian usaha pertumbuhan dan perubahan yang berencana yang dilakukan secara sadar oleh suatu bangsa, negara dan pemerintah, menuju modernitas dalam rangka pembinaan bangsa.
Konsep pembangunan tersebut dapat dilihat sebagai konsep pertumbuhan (growth); rekonstruksi (reconstruction); modernisasi (modernization); westernisasi (westernization); pembangunan bangsa (nation building); pembangunan nasional (national development); pembangunan sebagai pengembangan negara; dan pembangunan sebagai upaya pemenuhan hidup, kebebasan memilih dan harga diri.

Di Indonesia teori pembangunan dijabarkan sebagai konsep pembangunan bertahap yaitu: pembangunan berimbang (balanced development); tahap pembangunan memenuhi kebutuhan pokok; tahap pembangunan dengan pemerataan; dan terakhir adalah tahap pembangunan dengan kualitas hidup, yaitu pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan seluruh masyarakat Indonesia. Dengan strategi yang diterapkan adalah Trilogi Pembangunan meliputi: pertumbuhan ekonomi; pemerataan kesejahteraan sosial; dan stabilitas politik. Jika kita lihat tahapan pembangunan pada teori pembangunan tersebut di atas, terlihat bahwa Indonesia pun mengikuti tahapan pembangunan tersebut.
Konsekuensi pembangunan adalah melakukan perubahan sebagai upaya meningkatkan kualitas hidup. Sedangkan perubahan baik pada lingkungan fisik maupun lingkungan sosial budaya ini berdampak positif dan negatif.
Neraca pembangunan yang terjadi saat ini dirasakan tidaklah menggembirakan. Di satu sisi ada kemajuan, di lain sisi ditemukan kerusakan lingkungan yang secara serius akhirnya mengganggu kehidupan manusia dan kelangsungan pembangunan itu sendiri. Hal ini tidak hanya terjadi di negara-negara berkembang, yang sedang giat-giatnya membangun, tetapi juga di alami oleh negara-negara maju.
Oleh karena itu, muncullah konsep pembangunan berkelanjutan (sustainable development) sebagai upaya meleburkan atau melarutkan lingkungan ke dalam pembangunan, yaitu dengan tetap berusaha atau membangun tidak melampaui kemampuan ekosistem yang mendukung kehidupannya. Setelah permasalahan lingkungan dirasakan dapat mengganggu kehidupan manusia dan kelangsungan pembangunan itu sendiri.

Sumber Daya Alam Terbarui
Perubahan sosial adalah suatu perubahan yang terjadi pada sistem sosial yang mencakup tata nilai sosial, sikap, dan pola perilaku kelompok. Perubahan sosial merupakan perubahan kelembagaan masyarakat dan perubahan individu.

Ada lima bentuk perubahan sosial, yaitu:

  1. perubahan evolusioner
  2. perubahan revolusioner
  3. perubahan dialektikal
  4. perubahan dipaksakan
  5. perubahan terkendali.Sedangkan perubahan bentuk perubahan budaya adalah: 

     

    1. Alkulturasi
    2. Asimilasi
    3. Difusi
    4. Penetrasi.

Sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan dapat dibagi dalam 2 sifat yaitu perubahan endogenik (perubahan dari dalam), dan perubahan exogenik (dari luar).
Pada umumnya perubahan dari luar akan mempunyai dampak yang lebih besar, dan lebih banyak berhubungan dengan aspek pembangunan, serta bersifat revolusioner. Walaupun demikian tidak berarti bahwa perubahan dari dalam tidak bisa serius.
Di dalam suatu masyarakat yang sedang membangun, perlu terjadi suatu perubahan sosial yang diberi nama modernisasi. Modernisasi dapat diartikan sebagai penerapan pengetahuan ilmiah yang ada pada semua aktifitas, semua bidang kehidupan, atau semua aspek-aspek masyarakat. Untuk mendukung modernisasi perlu suatu tata nilai modern pada individu, yang mencakup kualitas pribadi dan tersebarnya pengetahuan ilmiah serta keterampilan teknis. Tata nilai modern pada individu harus melembaga pula pada suatu kelembagaan sosial yang modern. Mana yang menjadi unsur utama, para ahli masih belum ada kesepakatan.
Dari pengalaman pembangunan di Dunia Ketiga, diketahui bahwa modernisasi tanpa didukung oleh perubahan sosial tidaklah efektif. Oleh karena itu, perubahan sosial hendaknya memperhatikan nilai teologi etis atau teologi pembebasan dan bersifat suatu perubahan sosial yang baru atau pembaruan yang dibawa oleh tokoh-tokoh agen pembaruan.

Dalam konteks pengelolaan lingkungan, masyarakat tradisional lebih bersandar pada penyesuaian masyarakat pada lingkungannya. Sedangkan masyarakat modern mengandung lebih banyak unsur yang berkaitan dengan mengatasi atau mengubah kendala lingkungan hidup.


PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN

Pembangunan Konvensional dan Permasalahan Lingkungan Hidup.
Pendudukan dan lingkungan hidup berkaitan erat. Keprihatinan tentang masalah kependudukan sebetulnya telah lama dirasakan. Sekarang keprihatinan itu telah meningkat kembali setelah kita sendiri menjadi lebih sadar tentang berbagai dampak pertumbuhan penduduk yang tak terkendalikan di negara kita sendiri.
Bersamaan dengan meningkatnya kesadaran lingkungan hidup, telah meningkat pula kesadaran tentang kaitan antara lingkungan hidup dengan aspek kependudukan.
Bagi lingkungan sosial, masalah kependudukan dan lingkungan hidup merupakan unsur atau komponen dari masalah lingkungan sosial, yaitu masalah perubahan sosial di segala segi kehidupan, akibat perubahan dari segi material dan teknologi yang lebih cepat dari pada laju perubahan dari segi tata nilai atau gaya hidup.
Oleh karena itu, untuk menanggapi masalah kerusakan lingkungan hidup, pola hidup penduduk harus berubah sehingga tumbuh masyarakat yang mampu menopang suatu pembangunan yang dapat memperbaiki mutu kehidupan manusia dengan tetap berusaha tidak melampaui kemampuan ekosistem yang mendukung kehidupannya.
Untuk menumbuhkan masyarakat yang seperti itu, perlu dikembangkan prinsip etika (prinsip pertama dari prinsip-prinsip berkelanjutan) yang mengindahkan semangat gotong royong. Di atas prinsip gotong royong dikembangkan empat prinsip berkelanjutan, yaitu:
1.Prinsip meningkatkan kualitas hidup. Pembangunan ini baru berarti jika meningkatkan kualitas hidup dalam segala seginya;
2. Prinsip melestarikan vitalitas dan keanekaragaman bumi agar pembangunan berlanjut
3. Prinsip minimalisasi penciutan sumberdaya alam yang tidak diperbarui; dan
4. Prinsip mengindahkan daya dukung lingkungan.
Kualitas hidup yang tinggi, yang memperhatikan ekologi berkelanjutan sebagai hasil dari pembangun yang berkelanjutan, memerlukan indikator-indikator sebagai alat untuk mengukur kemajuan ke arah masyarakat yang berkelanjutan. Mencakup: kualitas hidup; keberlanjutan ekologi; keberlanjutan penggunaan sumber daya terbarukan dan meminimumkan penggunaan sumberdaya tak terbarukan; dan faktor sosial ekonomi.

Konsep Pembangunan yang Berkelanjutan

Kasus-kasus pencemaran dan kerusakan seperti di laut, hutan, atmosfer, air, tanah, dan seterusnya bersumber pada perilaku manusia yang tidak bertanggung jawab, tidak peduli dan hanya mementingkan diri sendiri. Oleh karena itu, krisis lingkungan ini hanya bisa diatasi dengan melakukan perubahan cara pandang dan perilaku manusia terhadap alam yang fundamental dan radikal melalui etika lingkungan yang dibutuhkan untuk menuntun manusia berinteraksi dengan alam semesta.
Ada dua pemahaman tentang etika, yaitu etika yang dipahami sebagai moral dan etika yang dipahami dalam pengertian yang berbeda dengan moralitas, sehingga mempunyai pengertian yang lebih luas dan merupakan refleksi kritis bagaimana manusia harus bertindak dalam situasi konkret dan situasi tertentu melalui penelusuran kritis teori etika deontologi, etika teleologi, dan etika keutamaan.
Sedangkan etika lingkungan di sini dipahami sebagai disiplin ilmu yang berbicara mengenai norma dan kaidah moral yang mengatur perilaku manusia dalam berhubungan dengan alam serta nilai dan prinsip moral yang menjiwai perilaku manusia dalam berhubungan dengan alam.
Berbagai teori etika lingkungan dapat menjelaskan pola perilaku manusia dalam kaitan dengan lingkungan. beberapa teori etika lingkungan ini merupakan perkembangan pemikiran di bidang etika lingkungan, yaitu Shallow Environmental Ethic, Intermediate Environmental Ethic, dan Deep Environmental Ethic. Ketiga teori ini dikenal sebagai antroposentrisme, biosentrisme, dan ekosentrisme. Ketiga teori ini mempunyai cara pandang yang berbeda tentang manusia, alam, dan hubungan manusia dengan alam.

Leave a comment »